Dampak Rebalancing Indeks FTSE pada Emiten Ini

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Perubahan Susunan Indeks FTSE Global Equity Indonesia dan Dampaknya terhadap Saham

Pada bulan September 2025, terjadi perubahan signifikan dalam susunan konstituen Indeks FTSE Global Equity Indonesia. Perubahan ini berdampak langsung pada beberapa saham yang masuk atau keluar dari kategori tertentu, seperti large cap, mid cap, dan micro cap. Hal ini menimbulkan peluang bagi emiten yang berhasil memenuhi syarat untuk mendapatkan perhatian lebih dari pasar.

Salah satu saham yang masuk ke kategori emiten berkapitalisasi besar adalah PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA). Dengan bobot free float sebesar 25,4272%, saham DSSA dianggap memiliki potensi kuat untuk meningkatkan likuiditas dan mengalami lonjakan harga dalam jangka pendek. Sebelumnya, DSSA juga telah masuk ke MSCI Global Index, yang memberi indikasi bahwa saham ini mungkin akan mendapat perhatian lebih dari investor asing.

Di sisi lain, saham PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) tidak lagi termasuk dalam kategori mid cap. Sementara itu, beberapa saham baru dari berbagai sektor masuk ke kategori micro cap. Di antaranya adalah PT Kencana Energi Lestari Tbk (KEEN), PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI), PT MNC Kapital Indonesia Tbk (BHIT), PT Mulia Industrindo Tbk (MLIA), PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI), PT Nusantara Sejahtera Raya Tbk (CNMA), PT Sariguna Primatirta Tbk (CLEO), dan PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Tbk (ULTJ).

Namun, beberapa saham lain seperti PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST), PT Dana Brata Luhur Tbk (TEBE), PT IMC Pelita Logistik Tbk (PSSI), PT Murni Sadar Tbk (MTMH), PT Resource Alam Indonesia Tbk (KKGI), PT Semen Baturaja Tbk (SMBR), dan PT Uni-Charm Indonesia Tbk (UCID) terlempar dari indeks micro cap.

Menurut Analis Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi, masuknya saham DSSA ke kategori large cap dapat meningkatkan minat investor asing, khususnya dari dana pensiun dan investor institusi Eropa yang menggunakan indeks FTSE sebagai tolok ukur. Hal ini dapat mendorong arus dana pasif yang berasal dari produk ETF.

Sebaliknya, dampak perubahan indeks terhadap emiten yang masuk ke kategori micro cap dinilai lebih kecil karena bobot mereka yang relatif kecil dalam indeks. Begitu pula dengan emiten yang keluar dari kategori tersebut, dampaknya cenderung minim.

Euforia Sesaat dan Proyeksi Pasar

Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menyebutkan bahwa saham-saham yang masuk ke indeks FTSE berpotensi mengalami lonjakan harga dalam jangka pendek. Namun, euforia ini hanya akan terasa hingga perubahan susunan indeks berlaku efektif setelah penutupan perdagangan 19 September 2025 atau 22 September 2025.

Setelah periode tersebut, pergerakan harga saham akan kembali dipengaruhi oleh kinerja fundamental emiten. Investor dan fund manager akan mulai mencermati prospek usaha emiten anggota FTSE pada masa mendatang.

Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi menyarankan investor untuk memanfaatkan momentum spekulasi pasar dalam jangka pendek, terutama untuk saham-saham yang baru masuk ke dalam indeks FTSE. Meski demikian, ia menekankan pentingnya fokus pada aspek fundamental, karena dampak perubahan indeks dianggap tidak signifikan, terutama untuk kategori micro cap.

Dalam rekomendasinya, Audi menyarankan trading buy saham MIDI dan DSSA dengan target harga masing-masing di level Rp 500 per saham dan Rp 86.400 per saham. Di sisi lain, Nafan menyarankan investor untuk wait and see terhadap saham-saham penghuni baru indeks FTSE.