
Kehidupan Seorang Peternak Muda di Bontang
Di tengah tantangan ekonomi yang semakin menghimpit, Syafni Affllah (26), warga Tanjung Limau, Kota Bontang, Kalimantan Timur, memilih untuk mencari penghasilan tambahan melalui usaha ternak. Dengan keluarga kecilnya, ia dan ayahnya, Syafki, kini serius menjalani bisnis beternak ayam kampung dan merpati. Di halaman rumah sederhana mereka, terdapat kandang kayu yang dilapisi kawat ram dan beratap seng bekas. Dari dalam kandang tersebut, terlihat ratusan ayam kampung yang bergerombol, sebagian masih berupa anakan.
Untuk memastikan kesehatan dan pertumbuhan ayam-ayam tersebut, lampu pijar kuning digantung sebagai penghangat. Syafni, yang akrab dipanggil Ala, mengaku belajar secara otodidak dengan menonton video YouTube dan berdiskusi dengan teman-temannya. Menurutnya, beternak ayam kampung tidak mudah, tetapi juga tidak terlalu sulit. Setiap hari, ia harus memperhatikan pakan dan kesehatan hewan ternaknya.
Pasaran ayam kampung cukup beragam. Ia menyebutkan bahwa orang-orang dari Jepang dan Korea yang singgah di pelabuhan biasanya menyukai ayam kampung. Harga jual ayam kampung bervariasi tergantung beratnya. Ayam yang berbobot 1 kilogram dijual seharga Rp 80 ribu per ekor, sedangkan yang mencapai 1,5 kilogram ke atas bisa mencapai harga Rp 150 ribu.
Pakan yang digunakan untuk ayam sangat sederhana. Mulai dari kedelai, ampas kelapa, sayur kol, kangkung, nasi sisa, hingga pepaya. Hal ini membantu mengurangi biaya produksi tanpa mengurangi kualitas hasil ternak.
Selain ayam kampung, Ala juga memiliki usaha budidaya merpati. Di dalam kandang berukuran 4x1 meter, terdapat sepasang merpati putih-abu yang sedang mengerami telur. Menurutnya, musim hujan seperti saat ini membuat merpati kurang bersemangat untuk berkawin. Namun, dalam kondisi normal, sepasang merpati dapat menetaskan dua telur setiap dua bulan.
Harga jual merpati sekitar Rp 150 ribu per pasang. Permintaan biasanya meningkat pada musim pernikahan, terutama di bulan Desember. Meski memberi kontribusi dalam perekonomian keluarga, ternak merpati juga memiliki tantangan. Merpati rentan terserang penyakit dan membutuhkan perhatian ekstra.
Meskipun begitu, bagi Ala, usaha kecil ini sudah cukup membantu menopang kebutuhan rumah tangga. "Lumayan lah buat tambah-tambahan," ujarnya dengan senyum. Dengan tekad dan kerja keras, ia berharap usaha ternak ini bisa berkembang lebih besar lagi di masa depan.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!