
Pentingnya Persiapan dan Edukasi untuk Menghadapi Potensi Gempa Sesar Lembang
Sebagai wilayah yang berada di sekitar Sesar Lembang, masyarakat Bandung dan sekitarnya perlu memperhatikan potensi bencana gempa. Peneliti dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Nuraini Rahma Hanifa, menekankan pentingnya penyusunan rencana kontigensi untuk menghadapi ancaman ini. Meskipun Kabupaten Bandung Barat sudah memiliki rencana tersebut, ia menyarankan agar rencana itu diperbarui secara berkala.
Selain itu, Kota Bandung juga perlu menyusun rencana kontigensi khusus. Hal ini terutama karena keberadaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang dapat membantu dalam pengambilan keputusan saat terjadi bencana. Menurut Rahma, pemerintah provinsi Jawa Barat juga telah membuat rencana kontigensi, namun perlu dilakukan pengecekan ulang agar siap diaktifkan jika aktivitas sesar meningkat.
Penggunaan Alat Pemantau dan Sistem Peringatan Dini
Pemasangan alat deteksi dan pemantau gempa di jalur Sesar Lembang menjadi hal penting. Alat seperti sesmometer, GPS, dan akselerometer bisa digunakan untuk memantau pergerakan sesar. Dengan demikian, para ahli dapat mengetahui apakah peningkatan aktivitas sesar yang baru-baru ini terjadi akan terus berlanjut atau tidak.
Rahma juga menekankan bahwa sistem peringatan dini gempa tetap dibutuhkan meskipun sumber gempa berada di area padat penduduk. Meski sistem ini tidak selalu memberikan waktu cukup untuk evakuasi, setidaknya memberikan informasi cepat tentang kejadian gempa. Saat ini, BRIN sedang mengembangkan sistem peringatan dini gempa bersama dengan beberapa institusi lain, termasuk ITB dan pemerintah daerah.
Penguatan Struktur Bangunan dan Persiapan Rumah Tangga
Selain teknologi, penguatan struktur bangunan menjadi langkah penting. Bangunan-bangunan yang terletak di sepanjang jalur Sesar Lembang, seperti rumah sakit, sekolah, tempat ibadah, dan pasar, harus diperkuat agar bisa melindungi warga dari bahaya reruntuhan. Aspek bangunan menjadi prioritas utama karena mayoritas korban gempa berasal dari kerusakan struktur.
Masyarakat juga diminta untuk memeriksa kondisi bangunan rumah mereka, terutama yang berada dekat jalur sesar. Penempatan furnitur dan perlengkapan darurat juga perlu dipertimbangkan agar dapat digunakan sebagai tempat berlindung atau mempermudah proses evakuasi.
Beberapa hal kecil seperti posisi kunci rumah, persediaan tas darurat, dan persiapan makanan serta pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) juga penting. Selain itu, dokumen penting harus didigitalkan, kontak darurat disimpan, dan rencana keluarga dibuat agar dapat segera berkumpul jika terjadi bencana. Warga juga disarankan memiliki tabungan darurat untuk biaya perbaikan rumah yang rusak.
Monitoring Aktivitas Sesar Lembang
Staf Stasiun Geofisika Kelas I Bandung, Teguh Rahayu, menjelaskan bahwa ada 36 sensor pemantau aktivitas kegempaan di Jawa Barat, termasuk enam sensor yang ditempatkan di sekitar Sesar Lembang. Teknologi canggih ini memastikan bahwa setiap pergerakan sesar dapat terdeteksi, bahkan untuk gempa kecil.
Meski saat ini magnitudo gempa masih rendah, sekitar 2,3, belum ada ilmu yang bisa memprediksi apakah gempa kecil ini adalah awal dari gempa besar. Teguh menekankan bahwa mitigasi dan kewaspadaan masyarakat merupakan cara terbaik untuk mengurangi risiko bencana.
Edukasi dan Simulasi untuk Meningkatkan Kesadaran
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bandung menggelar kegiatan geotrek untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang potensi gempa. Melalui kegiatan ini, masyarakat diajak untuk mengenal Sesar Lembang lebih dekat dan memahami langkah mitigasi bencana.
Simulasi gempa juga dilakukan di lingkungan masyarakat, termasuk di RW 15 Kelurahan Sekeloa, yang melibatkan sekitar 600 orang. Di tingkat sekolah, edukasi Sesar Lembang dilakukan selama masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS). Tujuannya adalah agar masyarakat lebih memahami cara melindungi diri saat terjadi gempa.
Kebijakan Pencegahan Pembangunan di Wilayah Rawan
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menegaskan kebijakan pencegahan pembangunan di kawasan Bandung Utara (KBU) untuk mengurangi risiko dampak gempa. Mulai November, pemerintah akan melakukan penanaman pohon dan mencabut izin pembangunan yang berisiko.
Dedi juga menekankan pentingnya penyusunan rencana mitigasi bencana yang jelas, mulai dari jalur evakuasi hingga lokasi penyimpanan logistik. Semua rencana ini akan dikoordinasikan oleh Kepala BPBD Jawa Barat.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!