
Teknologi AI Baru untuk Memprediksi Semburan Matahari
NASA dan IBM telah mengumumkan peluncuran model kecerdasan buatan (AI) yang disebut Surya Heliophysics Foundational Model. Teknologi ini diklaim mampu memprediksi semburan matahari atau solar flare hingga dua jam sebelum terjadi. Model ini dilatih dengan data selama sembilan tahun dari Solar Dynamics Observatory (SDO), sebuah observatorium yang memantau aktivitas Matahari secara terus-menerus.
Model AI ini menggunakan arsitektur foundation model, yang memungkinkannya belajar dari data mentah Matahari secara langsung. Berbeda dengan AI tradisional yang memerlukan data berlabel, Surya dapat cepat beradaptasi untuk berbagai tugas. Dengan pola yang dipelajari dari data gambar resolusi tinggi dan pengukuran medan magnet SDO, model ini bisa melacak area aktif di permukaan Matahari serta memperkirakan kecepatan angin surya.
Selain itu, Surya juga mampu menggabungkan data dari observatorium lain seperti Solar and Heliospheric Observatory (SOHO) dan Parker Solar Probe. Hal ini memperluas kemampuan model dalam menganalisis berbagai aspek aktivitas Matahari.
Hasil awal menunjukkan bahwa Surya melampaui tolok ukur sebelumnya, dengan akurasi 16 persen lebih baik dalam prakiraan semburan matahari. Kevin Murphy, Chief Science Data Officer NASA, menyatakan bahwa teknologi ini bisa membantu memprediksi cuaca antariksa yang berpotensi mengganggu satelit, jaringan listrik, dan sistem komunikasi di Bumi.
“Kami memajukan sains berbasis data dengan menanamkan keahlian ilmiah mendalam NASA ke dalam model AI mutakhir,” katanya dalam keterangan tertulis NASA pada Rabu, 20 Agustus 2025.
Murphy menjelaskan bahwa model ini memanfaatkan data heliosfer untuk mempermudah analisis kompleksitas perilaku Matahari dengan kecepatan dan presisi yang belum pernah ada sebelumnya. Menurut dia, model ini memperluas pemahaman tentang dampak aktivitas matahari terhadap sistem dan teknologi yang diandalkan di Bumi.
Dampak Cuaca Antariksa terhadap Teknologi Bumi
NASA menekankan bahwa badai matahari bisa menimbulkan gangguan serius. Fenomena ini dapat mengusik akurasi GPS, gangguan komunikasi satelit, hingga memicu pemadaman listrik luas akibat lonjakan arus geomagnetik.
Joseph Westlake, Direktur Divisi Heliophysics NASA, mengatakan teknologi yang dibangun di Bumi sangat rentan terhadap cuaca antariksa. “Seperti kita menggunakan meteorologi untuk memprediksi cuaca di Bumi, prakiraan cuaca antariksa untuk memprediksi kondisi di ruang angkasa juga bisa mempengaruhi teknologi kita.”
Penerapan AI pada data misi heliosfer merupakan langkah vital untuk meningkatkan pertahanan cuaca antariksa, melindungi astronot dan wahana antariksa, jaringan listrik, GPS, serta berbagai sistem lain yang menopang dunia modern.
Akses Terbuka untuk Komunitas Ilmiah
Layanan AI Surya dapat diakses secara terbuka melalui HuggingFace dan GitHub. Hal ini memungkinkan komunitas ilmiah dan pengembang untuk menguji dan mengembangkan aplikasi baru berbasis data jangka panjang dari Solar Dynamics Observatory.
Dengan akses yang terbuka, model ini tidak hanya menjadi alat penelitian tetapi juga dapat digunakan sebagai dasar untuk inovasi di berbagai bidang. Dengan demikian, Surya Heliophysics Foundational Model menjadi salah satu langkah penting dalam memahami dan menghadapi tantangan cuaca antariksa yang semakin kompleks.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!