
Pengakuan Aktor tentang Peran dalam Film Adaptasi Novel Populer
Aktor ternama Pierce Brosnan mengungkapkan bahwa dirinya sempat merasa Ray Winstone lebih cocok memerankan karakter Ron Ritchie dalam film adaptasi novel populer The Thursday Murder Club. Brosnan, yang berusia 72 tahun, memainkan peran sebagai pensiunan pemimpin serikat buruh dalam film yang disutradai oleh Chris Columbus.
Dalam wawancara dengan BBC, Brosnan mengatakan, “Saya tidak pernah bertanya pada Chris mengapa dia memilih saya. Saya pikir: ‘Ini seharusnya Ray Winstone, bro.’ Tapi saya hanya menyimpannya dalam hati. Saya berkata pada diri sendiri, ‘Jangan bilang apa-apa Pierce, terus saja jalani.’”
Film ini diadaptasi dari novel laris karya Richard Osman yang bercerita tentang kelompok pensiunan penyelidik amatir. Brosnan menambahkan bahwa dirinya dan para pemain lain merasa memiliki “tanggung jawab besar” untuk menghadirkan karakter-karakter tersebut dengan tepat. “Ada penonton dan dunia yang menunggu melihat sosok-sosok ini di layar,” ujarnya.
Pemain Kunci dan Proses Pemilihan Peran
Film ini juga dibintangi oleh Dame Helen Mirren sebagai mantan mata-mata Elizabeth Best, Sir Ben Kingsley, dan Celia Imrie. Mirren, yang berusia 80 tahun, mengaku sejak awal sudah merasa dirinya cocok untuk peran Elizabeth. “Saat membaca bukunya, saya langsung berpikir ini bisa jadi film. Dan jika memang dibuat, saya berharap mereka akan mendekati saya, karena saya sangat ingin memerankannya. Jadi saat benar-benar ditawari, rasanya seperti keajaiban,” katanya.
Sementara itu, Imrie baru membaca novel setelah dirinya dipastikan berperan sebagai pensiunan perawat Joyce Meadowcroft. “Teman-teman saya sering bilang, ‘Kamu cocok sekali untuk peran ini,’ tapi saya cukup takhayul. Begitu resmi terpilih, saya langsung lari ke toko buku,” kenangnya.
Penayangan Film dan Tanggapan Para Pemain
Film bergenre cosy crime ini akan tayang terbatas hanya sepekan di 30 bioskop sebelum dirilis di Netflix. Mirren mengaku kecewa dengan keputusan tersebut. “Saya rasa film ini akan cukup sukses di bioskop dan saya berharap bisa bertahan lebih lama,” ujarnya.
Proses syuting dimulai dengan adegan di rumah sakit perawatan paliatif, yang menurut Imrie berhasil menangkap esensi cerita. “Kami berada di sekitar ranjang seseorang yang sekarat. Itu memberi nuansa nyata tentang usia kami dan bayangan kematian, tapi tanpa nuansa muram,” jelasnya.
Kingsley menambahkan, “Itu menjadi titik awal yang memberi bobot pada film. Ini bukan sekadar komedi ringan, ada lapisan emosi mendalam yang berjalan di dalamnya.” Dengan kombinasi antara humor dan emosi, film ini menawarkan pengalaman menonton yang unik bagi penonton.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!