
Unjuk Rasa Pekerja Pariwisata Jabar Terkait Larangan Study Tour
Pekerja pariwisata di Jawa Barat yang tergabung dalam Solidaritas Para Pekerja Pariwisata Jawa Barat (P3JB) akan menggelar aksi unjuk rasa pada hari ini, Senin (25/8/2025). Aksi ini merupakan kelanjutan dari protes terhadap kebijakan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, yang melarang kegiatan study tour bagi siswa.
Larangan tersebut tertuang dalam Surat Edaran (SE) Gubernur Jabar Nomor 45/PK.03.03/KESRA. Pihak P3JB menilai bahwa kebijakan ini sangat merugikan sektor pariwisata karena menghentikan aktivitas yang selama ini menjadi sumber penghasilan bagi berbagai pelaku usaha, seperti agen travel, sopir bus, dan pengusaha transportasi.
Dedi Mulyadi tetap mempertahankan pendiriannya dan tidak akan mencabut poin ketiga dalam SE tersebut. Ia menyampaikan pernyataannya melalui video di akun TikTok pribadinya, @dedimulyadiofficial, pada Minggu (24/8/2025). Meski kebijakan ini menuai penolakan dari berbagai pihak, ia tetap bersikeras bahwa larangan study tour adalah langkah yang tepat.
Study tour biasanya dilakukan sebagai bagian dari pembelajaran luar kelas. Namun, praktiknya sering kali hanya berupa liburan dan wisata semata. Dedi Mulyadi mengkritik hal ini karena menurutnya study tour tidak sesuai dengan makna sejati dari kegiatan belajar di luar sekolah.
P3JB telah merencanakan aksi unjuk rasa lanjutan pada Senin (25/8/2025) sebagai bentuk kekecewaan terhadap kebijakan tersebut. Dalam pernyataannya, Dedi mengungkapkan bahwa dua hari sebelumnya ia menerima perwakilan rombongan koordinator aksi yang menolak aturan tersebut. Mereka merasa keberatan karena larangan study tour memberi dampak ekonomi yang signifikan bagi para pelaku pariwisata.
Ia menjelaskan bahwa banyak pihak yang terganggu, termasuk agen travel, sopir bus, pengusaha transportasi, dan pelaku usaha lainnya yang bergantung pada kegiatan wisata sekolah. Meskipun begitu, Dedi tetap bersikeras bahwa larangan study tour memberikan manfaat besar bagi mayoritas orangtua di Jawa Barat.
Menurutnya, kebijakan ini dapat mencegah masalah sosial di kalangan siswa, seperti rasa kecewa atau minder jika tidak bisa ikut study tour karena alasan biaya. Selain itu, Dedi menilai bahwa praktik study tour saat ini tidak sesuai dengan tujuan pendidikan yang sebenarnya. Ia menekankan bahwa pendidikan harus melahirkan kebaikan, bukan membuat mental siswa menjadi lebih buruk.
Terkait rencana aksi unjuk rasa pada Senin (25/8/2025), Dedi menyatakan tetap menghormati aspirasi masyarakat. Namun, ia menegaskan sikapnya tidak akan berubah. Menurutnya, study tour tetap dilarang di seluruh provinsi Jawa Barat.
Dedi juga menekankan bahwa pengembangan sektor pariwisata tidak boleh menjadikan siswa sekolah sebagai objek utama. Ia menyarankan agar fokus pada cara-cara lain, seperti meningkatkan kebersihan lingkungan, pemerataan infrastruktur, pemasangan lampu jalan, serta bebas pungutan liar di lokasi wisata. Selain itu, ia menekankan pentingnya pelayanan ramah dari masyarakat setempat.
Selain itu, Dedi menekankan kejujuran dalam aktivitas ekonomi yang berhubungan dengan wisatawan. Ia menegaskan bahwa warung-warung, toko-toko, dan tempat-tempat jajanan yang dikunjungi oleh wisatawan tidak boleh melakukan penipuan harga. Menurutnya, ini adalah cara terbaik untuk membangun pariwisata yang lebih baik.
Dengan upaya-upaya tersebut, Dedi optimistis jumlah kunjungan wisata ke Jawa Barat akan meningkat tanpa menjadikan anak sekolah sebagai target bisnis pariwisata.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!