
Peran Kecerdasan Buatan dalam Masa Depan Teknologi
Isu mengenai kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang dikhawatirkan bisa menggantikan peran manusia terus muncul hingga saat ini. Berbagai perusahaan teknologi, termasuk Lenovo, menyadari adanya kekhawatiran tersebut di tengah masyarakat. Dalam menjawab isu tersebut, Lenovo menegaskan bahwa AI adalah kekuatan super bagi manusia.
Luca Rossi, President Intelligent Device Group Lenovo, menjelaskan bahwa perusahaan tidak dapat menguraikan stigma soal AI secara mandiri. Namun, ia membeberkan upaya yang dilakukan Lenovo untuk meminimalisasi kekhawatiran masyarakat. Menurutnya, AI di berbagai perangkat seperti PC, ponsel, dan tablet harus menjadi kekuatan yang memberikan manfaat besar bagi manusia. Tujuannya adalah agar pengguna lebih efisien, produktif, dan menciptakan nilai tambah.
Selain itu, AI yang melengkapi berbagai gadget juga dinilai dapat membuat pengguna lebih fokus pada hal-hal yang lebih penting, ketimbang tugas-tugas yang sering dilakukan berulang. "Itulah gagasan tentang kekuatan super. AI mestinya menjadi kekuatan super bagi semua orang," lanjut Rossi.
Inklusivitas dalam Pengembangan Teknologi
Eksekutif Lenovo ini juga menjelaskan bahwa "kekuatan super" itu perlu disertai dengan inklusivitas. Pendekatan ini melibatkan dan merangkul semua individu tanpa memandang latar belakang atau aspek lainnya. "Itulah sebabnya, kami menciptakan kerangka kerja teknologi yang lebih cerdas untuk semua. Kami ingin kekuatan super itu tersedia bagi sebagian besar orang, utamanya untuk memastikan hal ini tidak menambah kesenjangan digital, tetapi meminimalisasinya," papar bos Lenovo itu.
Fokus Utama Lenovo dalam Pengembangan AI
Lebih lanjut, Rossi membeberkan dua fokus utama Lenovo terkait AI, yaitu AI yang bertanggung jawab dan AI yang demokratis. Yang pertama, Lenovo berupaya mendorong AI yang bertanggung jawab dengan memanfaatkan teknologi tersebut untuk membantu orang. "Bukan menggantikan orang," ujar Rossi.
Kedua, Lenovo mengembangkan AI untuk semua orang, bukan hanya AI yang mahal yang hanya bisa dijangkau kalangan tertentu saja. Steve Long, Senior Vice President, GM Commercial Segment Lenovo, menambahkan bahwa kekhawatiran akan perubahan selalu muncul dalam setiap transisi teknologi. Sederhananya, selalu ada pandangan baik dan buruk atas setiap teknologi baru.
Menurut Steve Long, teknologi juga dapat dimanfaatkan untuk hal baik atau buruk, tergantung bagaimana pengguna memakainya. "Kalau bisa dipakai untuk mengatasi kesenjangan digital, maka seharusnya kita merangkul teknologi itu dan menggunakannya untuk kebaikan," ujar Long.
Peran Komputer Pribadi di Era AI
Dalam kesempatan yang sama, Luca Rossi membeberkan tren PC komputer di tengah era AI, apakah akan tergantikan dengan perangkat lain yang lebih sederhana seperti tablet atau smartphone. Menurut Rossi, PC desktop akan tetap menjadi perangkat utama komputasi setiap orang. Dia menyinggung keyakinan orang-orang saat pandemi beberapa tahun lalu, di mana PC dipercaya akan tergantikan dengan tablet atau smartphone. Namun ternyata anggapan itu meleset.
"Saya kira kita bisa bilang bahwa sebagai pengguna, kita menyadari bahwa tablet, ponsel saja tidak cukup (selama pandemi). Sebagai alat produktivitas, itu tidak cukup untuk pengalaman bekerja dari rumah dengan optimal atau berkomunikasi dengan orang lain. Jadi, PC telah kembali ke posisi sentral," ungkap Rossi.
Setelah pandemi, Rossi mengakui adanya penurunan pasar PC. Namun kini pasar perangkat tersebut diklaim jauh lebih sehat dan lebih baik dibanding tahun 2015. "Tahun ini, pasar sedang tumbuh. Kami mengantisipasi pasar akan tumbuh juga di tahun depan," ujarnya.
Evolusi PC di Masa Depan
Bukan tergantikan, tetapi menurut Rossi PC akan berevolusi di masa mendatang. Boleh jadi, pengguna mungkin tidak perlu lagi memakai keyboard untuk mengoperasikan PC. Dia juga optimistis bahwa pengguna akan punya lebih banyak perangkat ketimbang saat ini, khususnya untuk menunjang produktivitasnya.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!