
Konservasi Biodiversitas di Indonesia: Kolaborasi antara Perusahaan, Organisasi dan Masyarakat
Pada acara Green Colabs yang diselenggarakan di Taman Literasi Martha Tiahahu, Jakarta Selatan, salah satu sesi talkshow mengangkat topik penting terkait keanekaragaman hayati Indonesia. Dalam sesi tersebut, para pembicara menekankan pentingnya kolaborasi antara berbagai pihak dalam menjaga keberlanjutan ekosistem alam.
Kukuh Indra Kusuma, Koordinator Fauna Biodiversity PT Freeport Indonesia (PTFI), menyampaikan komitmen perusahaan dalam melakukan riset biodiversitas di Papua. Sejak tahun 1997, PTFI telah menjalankan studi dasar biodiversitas di wilayah operasinya di Mimika, yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional Lorentz—salah satu kawasan dengan tingkat keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Hasil dari penelitian ini mencakup lebih dari 130 spesies baru yang berhasil terdokumentasi. Penemuan ilmiah ini juga melahirkan buku serta artikel ilmiah yang dapat diakses secara gratis oleh publik.
Selain itu, PTFI juga memberikan akses yang lebih luas bagi para peneliti karena sebelumnya akses ke kawasan ini terbatas. Kukuh menjelaskan bahwa keberadaan PTFI di Mimika memungkinkan penelitian biodiversitas Papua dilakukan lebih intensif. Salah satu capaian terpenting adalah ditemukannya kembali spesies New Guinea Singing Dog, yang sempat diduga punah. Pada 2018, fase kedua riset membuktikan bahwa gen Singing Dog yang ditemukan masih murni. Pada 2022, kajian ekologi dilakukan untuk memahami habitatnya. Saat ini, fokusnya adalah bagaimana konservasinya bisa berjalan berkelanjutan.
Transisi Freeport dari tambang terbuka menuju tambang bawah tanah juga memberi dampak positif pada konservasi habitat satwa langka. Kukuh menegaskan bahwa semua rencana pengembangan harus melalui kajian ekologis. Jika pembangunan fasilitas baru berpotensi mengganggu spesies tumbuhan atau satwa terancam punah, perusahaan mencari alternatif lain. Misalnya, kebutuhan akomodasi karyawan siasati dengan pembangunan vertikal agar tidak perlu membuka area baru. Hal ini dilakukan agar keseimbangan antara operasi dan konservasi tetap terjaga.
Freeport Indonesia juga meraih penghargaan Program Konservasi Mamalia Terbaik dari Wildlife Habitat Council (WHC) pada konferensi WHC 2024 di New Orleans, Louisiana. Penghargaan ini diberikan atas komitmen perusahaan dalam melestarikan New Guinea Singing Dog, spesies anjing paling langka di dunia. Penghargaan ini juga mengakui peran Freeport dalam meningkatkan kesadaran konservasi melalui kolaborasi dengan masyarakat, akademisi, dan pemerintah terkait.
Pelestarian Macan Tutul Jawa dan Krisis Ganda Biodiversitas
Dalam sesi yang sama, Jemmy Chayadi, Head of Sustainability Djarum Foundation, menekankan pentingnya pelestarian macan tutul Jawa sebagai predator puncak terakhir di Pulau Jawa setelah harimau Jawa dinyatakan punah pada 1990-an. Ia menyoroti bahwa jika macan tutul Jawa punah, ekosistem di Jawa akan terganggu. Oleh karena itu, Djarum Foundation mendukung sensus satwa liar nasional dan mengajak perusahaan lain ikut menjaga keberlangsungan spesies ini.
Priscilla Christine, Direktur Komunikasi dan Sekretaris Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), mengingatkan tentang ancaman krisis ganda, yaitu perubahan iklim dan hilangnya biodiversitas. YKAN telah melakukan kolaborasi dengan pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat yang tinggal di wilayah program konservasi organisasi nirlaba tersebut untuk mengatasi dampak dari krisis ganda. Meski masalah tidak cepat selesai, Priscilla menyebut adanya progress, seperti satwa mulai terlindungi dan kerusakan alam dapat diminimalkan. Kuncinya adalah kolaborasi multipihak.
YKAN juga terus menggalakkan kampanye publik, salah satunya lewat Life Music: Suara Alam Nusantara, yaitu rekaman suara alam Indonesia yang kini bisa diakses di Spotify dan YouTube. Kampanye ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pelestarian lingkungan.
Kolaborasi dalam Konservasi Biodiversitas
Diskusi Green Colabs menegaskan bahwa keberhasilan konservasi hanya mungkin tercapai melalui kolaborasi. PTFI menunjukkan kontribusi besar lewat riset dan konservasi di Papua, Djarum Foundation memperkuat pelestarian satwa kunci di Jawa, dan YKAN menghubungkan masyarakat dengan suara alam melalui kampanye kesadaran publik. Gabungan peran swasta, organisasi, dan komunitas menjadi bukti bahwa pelestarian keanekaragaman hayati adalah tanggung jawab bersama, dari kota hingga kembali ke alam.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!