
Listrik di Banggai Masih Sering Padam Meski PLTMG Sudah Beroperasi
Di wilayah Kelurahan Maahas dan Kelurahan Hanga-hanga Permai, Kecamatan Luwuk Selatan, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, listrik masih mengalami pemadaman. Hal ini terjadi sejak pagi hari, sehingga memengaruhi aktivitas masyarakat setempat. Tempat-tempat perbelanjaan di kawasan tersebut bahkan harus menambah biaya operasional dengan menggunakan genset untuk menjaga kelangsungan usaha.
Sehari setelah kunjungan Komisi III DPRD Banggai ke Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG), kondisi listrik tetap tidak stabil. Anggota Komisi III DPRD Banggai, Suwardi, menyampaikan bahwa setelah PLTMG diresmikan, distribusi listrik menjadi tanggung jawab dari PLN UP3 Luwuk. Dalam pertemuan tersebut, pihak PLTMG juga menyebutkan bahwa infrastruktur kejaringan listrik telah dibangun secara lengkap.
Infrastruktur yang dimaksud meliputi Gardu Induk 150 kilovolt (kV) Luwuk, Gardu Induk 150 kV Batui (PLTMG), hingga Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV PLTMG Luwuk (Batui) – Luwuk. Suwardi mengatakan bahwa kehadiran Komisi III di lokasi tersebut dilakukan karena masalah pemadaman listrik yang sering terjadi.
Ia menekankan bahwa keandalan listrik di Kabupaten Banggai sangat berkaitan dengan visi misi Banggai Terang. Untuk itu, Komisi III meminta PLN agar memberikan informasi segera jika terjadi pemadaman mendadak. Selain itu, sosialisasi terkait jadwal pemadaman juga perlu dilakukan lebih cepat agar masyarakat dapat lebih siap menghadapinya.
Proyek PLTMG Luwuk yang Menjadi Harapan Baru
PLTMG Luwuk di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, adalah pembangkit listrik tenaga mesin gas dengan kapasitas 40 megawatt. Lokasi pembangkit ini berada di Desa Nonong, Kecamatan Batui, Sulawesi Tengah. Pembangkit ini mulai beroperasi secara penuh pada awal tahun 2025, menjadi salah satu proyek strategis PLN untuk memperkuat pasokan listrik di wilayah Sulawesi Tengah.
Tujuan utama dari pembangunan PLTMG ini adalah menggantikan pembangkit listrik berbahan bakar diesel yang mahal dan kurang efisien. Dengan beralih ke mesin gas, emisi karbon bisa ditekan hingga 75.000 ton CO₂ per tahun dan penghematan biaya operasional mencapai sekitar Rp 235 miliar setiap tahunnya. Gas yang digunakan dalam pembangkit ini dipasok oleh JOB Tomori, yaitu kerja sama antara Pertamina dan Medco, yang juga beroperasi di wilayah Banggai.
Keberadaan PLTMG Luwuk memungkinkan penyediaan listrik yang cukup untuk sekitar 30.000 rumah, sekaligus memenuhi kebutuhan industri yang membutuhkan daya besar, sekitar 30 MW. Ini memberi peluang besar bagi pemerintah daerah untuk menarik investasi baru, karena cadangan daya listrik kini meningkat signifikan.
Saat ini, beban puncak Banggai hanya sekitar 30 MW, sementara daya tersedia mencapai 70 MW, artinya ada ruang cukup besar untuk pertumbuhan ekonomi. Proyek ini juga didukung oleh infrastruktur kejaringan listrik seperti Gardu Induk 150 kV dan jaringan saluran udara tegangan tinggi yang menghubungkan Luwuk dan wilayah sekitarnya.
PLN juga berencana menghubungkan sistem listrik Banggai ke jaringan interkoneksi Sulawesi Bagian Selatan (Sulbagsel) melalui jalur transmisi yang melewati GI Bunta dan GI Ampana menuju PLTA Poso. Jika interkoneksi ini selesai, Banggai akan bisa menikmati pasokan listrik yang lebih stabil dan ramah lingkungan dari wilayah lain di Sulawesi.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!