
Sekolah Rakyat di Makassar: Tempat Kecerdasan Ditempa dan Karakter Dibentuk
Di tengah deru kota yang mulai bangkit, sebuah ruang kecil di tepi jalan raya Tamalanrea menyimpan semangat luar biasa. Di sana, anak-anak prasejahtera memiliki kesempatan untuk belajar tanpa mengkhawatirkan biaya. Mereka tidak hanya mengejar ilmu, tetapi juga membentuk kebiasaan yang akan menjadi fondasi kehidupan mereka.
Pagi hari masih lembap ketika langkah-langkah kaki terdengar dari halaman SRMA 26 Makassar. Saat itu, suasana sudah mulai ramai dengan aktivitas rutin yang dimulai sejak dini. Bagi 150 siswa di sekolah ini, sekolah bukan hanya tempat belajar, tetapi juga rumah pertama yang memberikan makan tiga kali sehari, perawatan kesehatan, hingga tempat tidur yang nyenyak. Semua kebutuhan mereka ditanggung oleh negara, mulai dari sabun mandi hingga pembalut wanita.
Program 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat
Kunci sukses pendidikan di SRMA 26 Makassar tidak hanya berada pada kurikulum, tetapi juga pada kebiasaan. Kepala Sekolah Andi Ernawati, S.Pd., M.Pd., Ph.D., atau lebih akrab dipanggil Andi Erna, memperkenalkan program 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat. Program ini diluncurkan akhir tahun 2024 dan mencakup:
- Bangun pagi
- Beribadah
- Berolahraga
- Makan bergizi
- Gemar belajar
- Bermasyarakat
- Tidur tepat waktu
Di SRMA 26 Makassar, kebiasaan ini tidak hanya teori, tetapi menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Pukul empat dini hari, anak-anak sudah bangun, beribadah, lalu berolahraga. Setelah itu, sarapan bergizi disajikan, diikuti dengan belajar hingga siang. Malam hari ditutup dengan refleksi, sebelum mereka tidur tepat waktu.
“Sekolah rakyat ini tidak hanya membentuk kecerdasan, tetapi juga watak dan kepribadian,” ujar Andi Erna. Ia menekankan bahwa tujuan utama adalah membentuk kebiasaan hidup sehat, disiplin, serta menjunjung tinggi nilai moral dan kebersamaan.
Kemandirian Dimulai dari Disiplin
Tidak semua siswa bisa bertahan. Beberapa meninggalkan sekolah karena ritme yang ketat atau ikut orang tua merantau. Namun, antrean panjang calon siswa membuat setiap kursi segera terisi kembali.
Mayoritas siswa berasal dari keluarga prasejahtera di Makassar, Maros, Gowa, hingga Selayar. Mereka awalnya mengikuti program matrikulasi, yang bertujuan untuk menyamakan kemampuan dasar sebelum masuk rutinitas sekolah dan asrama. Di sini, mereka belajar bahwa kemandirian tidak lahir tiba-tiba, tetapi dibentuk secara bertahap melalui disiplin kecil, rutinitas sederhana, dan kebiasaan yang ditanamkan setiap hari.
Harapan dari Timur Indonesia
Andi Erna tidak hanya menanamkan disiplin pada siswa, tetapi juga terus melatih dirinya sendiri. Ia telah dua kali mengikuti retreat khusus kepala sekolah rakyat, termasuk yang terbaru di Jakarta. Menurutnya, kepala sekolah rakyat harus menjadi teladan. Prinsip ini ia tularkan ke 18 guru SRMA 26 Makassar.
Bagi Andi Erna, sekolah rakyat adalah eksperimen berharga. Pendidikan berbasis asrama dengan biaya penuh negara dinilai mampu menciptakan sekolah yang lebih setara, inklusif, dan menekankan pembentukan karakter daripada sekadar nilai rapor.
Dari ruang-ruang kelas sederhana di Tamalanrea, harapan baru tumbuh. Anak-anak belajar tanpa dihantui biaya, dan mereka percaya bahwa mimpi sebesar apa pun sah untuk dimiliki. Sekolah rakyat adalah janji negara yang ditepati. SRMA 26 Makassar adalah buktinya: tempat kecerdasan ditempa, karakter dibentuk, dan masa depan ditulis ulang.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!